BAB IV. ANAK MANUSIA

Tesis MA - Asian Religion, oleh Ir. Nugroho Widi, MM, MA

A. ANAK MANUSIA

Gelar Anak Manusia merupakan gelar yang sering dipakai Yesus untuk menyebut diri-Nya sendiri. Yesus sering menyebut diriNya sebagai Anak Manusia (Son of Man, dalam Mrk 8:38; 13:26; 14:62; Luk 17:24; 21:27 dsb.). Tidak kurang dari 27 kali Yesus dalam peristiwa yang berbeda-beda menyebut dirinya sebagai Anak Manusia, ada 80 kali gelar Anak Manusia ini disebutkan Yesus. Jelas ini adalah gelar utama yang dipakai Yesus untuk menyebut diri-Nya sendiri.

Ia memakai istilah itu untuk menerangkan watak dan misi-Nya berkaitan dengan Daniel 7:13: "tampak datang dalam awan-awan seorang seperti anak manusia…. kekuasaannya kekal.. " Yesus menggambarkan bahwa diri-Nyalah Anak Manusia itu, dan akhirnya Dia pasti menang, Anak Manusia yang merendahkan diri menjadi manusia sejati adalah Pemang yang kekal (Matius 24:30).

Mengapa Yesus tidak menggunakan istilah Anak Allah, Mesias, Juruselamat, Penyelamat, Pembebas, Guru, Tuhan, atau istilah yang lain? Dibandingkan istilah Anak Allah, misalnya, Yesus hanya dua atau tiga kali mengaku diri-Nya Anak Allah, antara lain dalam Yohanes 10:36, 11:4, dan di depan sidang pengadilan, itupun sebagai respons terhadap suatu pertanyaan atau peristiwa. Untuk menjawabnya, tentu saja Yesus tidak akan berbohong. Sebanyak 19 kali Dia digelari Anak Allah oleh orang lain dan murid-murid-Nya. Hampir sama halnya dengan gelar Mesias. Yesus tidak pernah menjuluki diri-Nya Mesias. Tetapi bila orang bertanya apakah Dia Mesias, Dia akan membenarkannya.

Pertanyaan mengapa Yesus menggunakan istilah Anak Manusia sulit dijawab. Namun karena itu berkaitan dengan upaya menciptakan suatu citra (image) diri Yesus, dan berkaitan langsung dengan misi Yesus datang ke bumi, maka mungkin perlu diselidiki apa konsep yang dipahami oleh orang Israel saat itu tentang Anak Manusia.

Istilah "anak manusia (son of man)" tidak banyak dijumpai yang dijumpai dalam PL. Pengertian dari ayat-ayat tersebut kurang lebih adalah sebagai berikut :

Pertama, anak manusia diartikan sebagai manusia biasa, yang tidak dapat memberikan keselamatan, yang tidak sempurna, ini disebutkan antara lain dalam :

Ayub 35:8 : "(Kata Elihu) ..hanya anak manusia yang diuntungkan oleh kebenaranmu (Ayub)"

Mazmur 8:4-5 : "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan; apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya?"

Mazmur 80:18 : "Kiranya tanganMu melindungi orang yang di sebelah kananMu, anak manusia yang Kau teguhkan bagi diri-Mu itu,"

Mazmur 146:3 : "Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan."

Bilangan 23:19 : " … Allah bukan anak manusia sehingga Ia menyesal.."

 

Kedua, anak manusia sering diartikan sebagai sesuatu yang sangat rendah dan hina :

Yesaya 56:2 dan 51:12 : "Akulah, Akulah yang menghibur kamu. Siapakah engkau maka engkau takut terhadap manusia yang memang akan mati, terhadap anak manusia yang dibuang seperti rumput,"

Ayub 25:6 : "…anak manusia yang adalah ulat!"

 

Daniel melihat dalam penglihatan seseorang yang turun dari langit yang seperti anak manusia, Mungkin di sini yang dimaksud adalah seperti manusia biasa, karena malaikat juga menyebut Daniel sebagai ‘anak manusia’ :

Daniel 7:13 : "aku terus melihat … tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya."

Daniel 8:17 : "…lalu ia berkata kepadaku (Daniel) : ‘pahamilah, anak manusia, bahwa penglihatan itu mengenai akhir masa!"

 

Ayat yang membahas ‘Anak Manusia’ dapat dijumpai dalm buku apokrifa Henokh. Kitab ini dihormati orang Yahudi, walaupun oleh gereja dalam Konsili Nicea tidak dimasukkan kanon PL. Diceritakan di situ bahwa Tuhan Roh didampingi oleh seorang Anak Manusia, yang kemudian sangat merendahkan diri, namun kemudian diangkat kembali dalam kemuliaan Tuhan, bahkan dianugerahi kuasa atas segala sesuatu.

Kembali pada pertanyaan di atas: Mengapa Yesus menggunakan istilah yang demikian manusiawi, rendah dan bahkan hina ini?

Apakah mungkin Yesus "mendapat inspirasi" dari cerita tentang anak manusia yang ada dalam kitab Daniel dan Yehezkiel, dan juga dalam Talmud dan kitab apokrif yang lain termasuk kitab Henokh, yang diketahui dan dipercayai orang Israel?

Yesus banyak memakai istilah ini mengacu pada penderitaan dan pelayanan-Nya. "Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mrk 10:45)". Penderitaan akan disusul kebangkitan (Mat 20:18-19; Mrk 8:31; 10:33-34; Luk 18:31-33), dan pada penggenapan segala sesuatu akan dinyatakan kemenangan akhir bagi dirinya dan pengikutNya (Luk 21:25-28; 22:29-30; Mrk 13:26-27; 14:24-25,62).

Rupanya Yesus memang memiliki misi yang sangat unik, yaitu menjadi anak manusia yang rendah dan hina, seorang manusia biasa yang taat sampai mati terhadap Bapa-Nya di sorga, datang untuk melayani, menjadi hamba, diutus oleh Bapa. Nampaknya inilah citra utama yang hendak ditanamkan Yesus pada umat manusia. Bahwa kemudian manusia sadar bahwa Dia ilahi, itu akan terjadi dengan sendirinya, dan orang akan mengaku "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup" seperti pengakuan Petrus.

Dengan gelar perkenalan "Anak Manusia," Yesus memberi contoh bahwa manusia bisa hidup secara sempurna seperti Dia hidup. Tidak ada lagi sanggahan bahwa Dia bisa hidup sedemikian karena Dia ilahi, dan kita manusia biasa tidak akan bisa hidup seperti itu. Manusia biasa pun akan bisa hidup seperti Yesus hidup, karena Dia adalah Anak Manusia. Manusia juga akan mendapat teladan yang sempurna tentang Allah. Ternyata Allah begitu mengasihi manusia dan mau merendahkan diri sampai ke level manusia biasa.

Ternyata kemudian ajaran Kristen tidak terlalu mengutamakan ajaran tentang Anak Manusia ini. Hal ini sebetulnya tidak sesuai dengan maksud Yesus semula. Sebagai contoh, doktrin Kristologi dalam buku Dasar Yang Teguh (Brill, 1998) sedikit sekali membahas tentang Anak Manusia. Dalam pemahasan mengenai Pekerjaan Yesus Kristus disebutkan tentang Yesus sebagai Nabi, Imam, Korban Pendamaian, dan Raja, tetapi tidak satupun menyebut dia sebagai Anak Manusia, gelar yang dipakai Yesus untuk menyebut diri-Nya sendiri. Asas pengajaran tentang Anak Manusia hanya meliputi 2 (dua) halaman dari 70 halaman yang membahas tentang Kristologi.

 

B. AJARAN ISLAM TENTANG ANAK MANUSIA

Pengertian manusia dalam Al-Qur’an dan Hadis menggunakan kata "insan" atau "nas". Manusia diciptakan dari setetes mani yang bercampur (76:1-4). Dalam kaitannya dengan Allah, manusia yang percaya sering disebut "hamba Allah". Allah menyayangi hamba-hamba-Nya (17:3; 19:93; 3:30; 42; 42:19; 17:96; 35:31; 40:44 dan lain-lain). Isa juga dikatakan hamba (43:39), sama seperti Ibrahim, Ishaq dan Yakub (38:45). Hamba di sini dalam pengertian budak, atau hamba sahaya. Allah maha mengetahui para hamba-Nya, memberkahi siapa yang dikehendaki-Nya (29:62; 30:48; 34:39; 89:16), dan lain-lain.

Manusia umumnya dibagi pada mereka yang beriman (taubat, diampuni, beramal saleh, taat) dan yang tidak beriman (sesat, kafir, dll). Mereka yang beriman diganjar sorga yang cirinya kenikmatan (2:25; 2:82; 3:198 dan masih banyak ayat lain), sedangkan mereka yang tidak beriman akan dihinakan, diberi azab, dimurkai, dimasukkan neraka (4:37; 4:102; 9:2; 16:27 dan masih banyak ayat yang lain). Allah menghina siapa yang dikehendaki (3:26), menyesatkan dan memberi petunjuk siapa yang dikehendaki (14:4; 35:8; 40:74; 6:77; 28:50). Dengan kata lain orang masuk sorga atau neraka itu atas kehendak Allah (5:72, dll). Allah yang memberi rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya, sehingga tergantung Allah (3:37; 13:26; 16:71; 17:30; 42:19; 24:38; 29:62; 30:37, dan sebagainya). Namun bagi yang dikehendaki-Nya (beriman), Allah membuka pintu rezeki tanpa batas (2:212; 24:38; dll). Kesimpulannya, status manusia adalah hamba sahaya yang sangat rendah di hadapan Allah, karena Allah yang menentukan nasib hamba-Nya itu.

Yesus menyebut diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia. Untuk mengenal anggapan Islam terhadap Yesus, perlu diselidiki terlebih dahulu tentang apa saja gelar yang diberikan Al-Qur’an dan Hadis pada Yesus.

 

Gelar Yesus Dalam Al-Qur’an dan Hadis

Sebutan yang diberikan Al-Qur’an dan Hadis pada Yesus antara lain adalah :

· Putera Maryam, atau Isa Putera Maryam, disebutkan 16 kali.

· Almasih, tertulis dalam Qur’an sebanyak 11 kali.

· Rasul, disebut rasul sebanyak 7 kali, antara lain dalam Surat 3:49,53; 4:157; 5:75,111; 61:6.

· Hamba, dalam Surat 4:172, 19:30 "Sesungguhnya Aku ini hamba Allah"

· Nabi, antara lain dalam Qur’an 4:103, 5:46, 6:84-90, 19:30, 33:37, dan 57:27.

· Kalimat (Firman) Allah, Qur’an 3:39.

Selain itu masih ada beberapa gelar yang lain, yang akan diuraikan lebih lanjut berikut ini:

Al-Qur’an memberikan lebih banyak gelar dan penghargaan terhadap tokoh ‘Isa dibandingkan dengan tokoh lain sebelumnya. Dia adalah tanda, karunia, saksi, dan suatu contoh. Dia disebut dengan nama sebenarnya ‘Isa, dengan gelarnya Al-Masih, yang ditafsirkan sama dengan Mesias atau Kristus, nama ibn Maryam, dan dengan nama Utusan, Nabi, Hamba, Kalimatullah dan Ruhullah. Qur’an mencantumkan dua pembahasan mengenai pemberitahuan dan kelahiran Yesus, dan mengutip pengajarannya serta mujizat kesembuhan yang Dia kerjakan, serta kematian dan pengangkatannya ke sorga. Tiga pasal atau Surah dalam Quran dinamai berkaitan dengan ‘Isa (Surah 3, 5 dan 19). Dia disebutkan dalam 15 Surah dan 93 ayat. Yesus selalu disebutkan dalam Al-Qur’an dengan hormat. Tidak dijumpai nada kritik satupun, karena nabi Muhammad tahu Dia adalah tokoh yang istimewa.

Nama ‘Isa

Nama yang dipakai dalam Quran adalah ‘Isa, yang digunakan dalam arti pribadi tanpa penjelasan yang lain. Bentuk kata ini menimbulkan banyak komentar mengenai asal katanya, namun secara umum dianggap kata ini berasal dari bahasa Syria Yeshu’, yang diambil dari kata Ibrani Yeshua. Beberapa ahli barat berpikir bahwa perubahan vokal akhirnbya dipengaruhi oleh analogi kata Musa dalam bahasa Arab. Namun hanya 5 kali ‘Isa disebutkan bersama Musa dalam Quran. Ahli yang lain berpendapat bahwa nama ‘Isa digunakan oleh orang Yahudi Arab mengenai Yesus dari Nazaret karena kesamaannya dengan Esau, dan dengan mencemooh mereka mengatakan bahwa rohnya Esau yang masuk ke Yesus. Tetapi tidak ada bukti mengenai hal ini. Yesus tidak pernah dibandingkan dengan Esau di dalam Talmud Yahudi. Quran juga tidak menggunakan nama ‘Isa ini untuk tujuan merendahkan.

Suatu teori modern mengusulkan bahwa mungkin ada referensi mengenai ‘Isa dalam inskripsi Arab sebelum Islam, dimana kata yi’ telah diambil sebagai variasi dialektik dari hys’ yang berarti "tidak ada yang lain" daripada ‘Isa. Tetapi ahli yang lain menolak karena yi’ tidak dapat diidentifikasikan dengan Yesus, dan diluar teks yi’ ini tidak ada penyebutan mengenai Yesus kecuali dalam dua inskripsi Trinitarian Kristen yang ditulis belakangan.

Komentator muslim klasik Al-Baidawi tidak berupaya untuk mencari etimologi kata ‘Isa, misalnya dari kata ‘ayasun yang berarti "putih kemerahan". Dia mengatakan bahwa ‘Isa adalah kata arab dari Ishu’, yang mungkin berarti kata Syria Yeshu’. Razi mengatakan bahwa ‘Isa berasal dari kata Yasu’, seperti yang dikatakan orang Syria. Mungkin bahwa lafalnya diubah oleh orang Kristen Nestorian di Syria Selatan dan Arab. Nampaknya ada biara di Syria selatan yang kira-kira th 571 AD menggunakan nama ‘Isaniiya, "pengikut Yesus". Yang jelas, nabi Muhammad banyak melakukan perjalanan dagang ke Syria. Bentuk ibadah orang kristen Syria nampaknya hampir sama dengan bentuk ibadah Islam dewasa ini. Di Indonesia bahkan ada aliran Kristen ortodoks Syria yang baru didirikan dan diketuai Barnabas Suebu di Surabaya, menggunakan cara shalat dan adzan yang mirip Islam.

Bentuk Eropa dari nama Jesus tentu saja dari nama Yunani, yang merupakan terjemahan dari kata ibrani Yeshua, bentuk pendek dari yehoshua (joshua). Artinya adalah "Keselamatan dari Allah" atau "dia yang keselamatannya adalah Yahweh". Akhiran ‘s’ dari kata Yunani dan Eropa untuk Jesus adalah bukan dari bahasa Semit. Istilah Yeshu’ dari Syria kuno ini dipakai dalam terjemahan Injil dalam bahasa Arab modern sebagai Yasu’. Ada yang menyarankan agar orang kristen di negara yang berbahasa arab menggunakan istilah ‘Isa seperti digunakan orang Muslim. Tetapi terjemahan Perjanjian Baru oleh Prof ‘Abd-al-Malik di Cairo tetap menggunakan kata Yasu’ sebagai bentuk tradisional dan lebih tua, dan orang kristen Arab tidak menggunakan kata ‘Isa. Yang jelas, penggunaan nama ‘Isa adalah sama dengan Yesus atau Jesus putera Maria dalam Kristen.

Nama ‘Isa muncul 25 kali dalam Quran dan jika dihitung dengan penggunaan gelar yang lain misalnya Al-Masih dan Ibn-Maryam, ‘Isa disebutkan 35 kali. Sebagian besar dari penyebutan ini dilakukan di Medina, setelah Hijrah tahun 622 AD (Surah 2, 3, 4, 5, 9, 33, 57, 61; semua menyebutkan ‘Isa). Lima Surah yang lain di Mekkah, antara tahun 610 dan 622 (Surah 6, 19, 23, 42, 43; dan suatu penghormatan di Surah 21). Surah 19 termasuk penting karena menyebutkan peristiwa kelahiran Yesus. Bell dan penafsir Barat yang lain melihat ciri Medinah dalam sura ini, tetapi mereka setuju bahwa nampaknya ada dasar Mekkah di dalamnya. Sura Medinah mungkin lebih ditujukan untuk orang Kristen, jadi ‘Isa lebih sering disebut. Tetapi pengulangan cerita kelahiran di sura 3 dan 19 mungkin karena dua perbedaan pendengar di Medinah dan Mekkah. Banyak cerita Quran yang lain muncul beberapa kali, misalnya mengenai Musa, Thamud, Iblis dan Sulaiman.

Semua penyebutan Yesus di Qur’an akan didiskusikan dalam tulisan ini. Berikut ini adalah daftarnya, sesuai urutan Surah :

2:81/87; 2:130/136; 2:254/253; 3:40/45; 3:45/52; 3:48/55; 3:52/59; 3:78/84; 4:156/157; 4:161/163; 4:169/171; 4:170/172; 5:19/17; 5:50/46; 5:76/72; 5:79/75; 5:82/78; 5:109/110; 5:112; 5:114; 5:116; 6:85; 9:30; 9:31; 19:35/34; 21:91; 23:52/50; 33:7; 42:11/13; 43:57; 43:63; 57:27; 61:6; 61:14. Daftar tersebut tidak menunjukkan ayat-ayat dimana Yesus disebutkan hanya selintas atau tidak disebutkan sebagai bahasan utama. Tetapi daftar ini mungkin memberikan beberapa petunjuk mengenai perbedaan alur pengajaran Quran mengenai Yesus. Tetapi jika ada ayat yang nampaknya aneh, maka perlu diselidiki dulu konteks ayatnya.

Qur’an menghormati Yesus, dan pengajaran Islam juga demikian. Banyak cerita mengenai kemiskinan, kasih dan kebaikannya. Ketidak sesuaian antara Kristen dan Islam telah sering merendahkan Yesus atau Injil, tetapi orang Muslim membedakan antara ‘Isa dan pengikutnya. Sampai hari ini, orang muslim taat mengucapkan "‘Isa, damai sejahtera atasnya". Hal ini diambil dari Al-Qur’an, Sura 19:34-35.

Dalam kekristenan, nama Yesus selalu digunakan sebagai nama pribadi. Dalam Injil dikatakan bahwa malaikat menyuruh Jusuf dan Maria untuk memberi namanya Yesus. (Matius 1:21). Dalam Injil nama Yesus muncul ratusan kali, dan hanya sekali-sekali ditambah kata "orang Nazaret" atau "dari Nazaret". Qur’an tidak menyebut kota Nazaret, walaupun orang kristen sering disebut Nasara (Nasrani). Nama ganda Yesus Kristus jarang sekali disebut dalam Injil. Istilah "Kristus Yesus" dan "Tuhan Yesus" bahkan tidak ada dalam keempat Injil. Ini menunjukkan bahwa teks Injil penggunaannya lebih apa adanya dan ditulis lebih awal.

Sebaliknya para Rasul menggunakan nama Yesus Kristus, Kristus Yesus, dan Tuhan Yesus Kristus sangat sering. Paulus menyebut nama Yesus sendiri 18 kali. Dalam narasi Kisah Para Rasul, nama Yesus dijumpai lebih banyak dari nama yang lain, dan juga sering diberi istilah misalnya Yesus dari Nazaret, Yesus yang sama ini, hamba-Nya Yesus, Yesus hamba-Nya yang kudus.

Nama Yesus umum diketahui pada abad pertama. Bar-Yesus dan Yesus Justus disebutkan dalam Perjanjian Baru, dan ahli sejarah yahudi, Yosephus, menyebutkan 20 orang dengan nama ini. Tetapi setelah abad pertama, orang Kristen dan Yahudi menghindari pemberian nama ini untuk anak mereka. Dalam perkembangan berikutnya, nama Yesus Kristus atau Kristus sendiri nampaknya lebih umum dikenal dibanding nama Yesus; walaupun litani Nama Kudus dan Doa Yesus dalam gereja timur lebih menekankan nama Yesus. Sejak mulainya kritik Alkitab modern, nama Yesus dipakai oleh orang Kristen untuk menekankan kemanusiaan Yesus, dan kadang-kadang dalam upaya untuk membedakannya antara "Yesus dalam sejarah" dan "Kristus dari iman".

Kelahiran ‘Isa

Al-Qur’an memberitahukan berulangkali bahwa ‘Isa tidak dilahirkan secara biasa seperti kita. Bapanya bukan seorang manusia, Ia dikandung oleh Maryam tanpa bercampur dengan seorang bapa manusia, karena Allah menghembuskan Roh-Nya ke dalam dia. Inilah yang menjadikan ‘Isa lahir dari Kalimatullah dan Ruhullah (Ruhul-qudus).

" Sesungguhnya Al-Masih, ‘Isa putra Maryam itu ada, adalah utusan Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh daripada-Nya." (An Nisaa 4:171)

" .... lalu Kami tiupkan kedalam (tubuh) nya roh dari Kami ...." (Al Anbiyaa 21:91).

" ... maka Kami tiupkan kedalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami ..." (At Tahrim 66:12).

Janji Ilahi tentang ‘Isa :

" Hai, Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al-Masih ‘Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang diantara orang-orang yang didekatkan kepada Allah." (Al Imran 3:45)

Dia yang Mahatinggi berfirman kepada Maryam dan memberitahukan kepadanya secara pribadi tentang kelahiran ‘Isa, menyebut Dia (Al-Masih) kalimat daripada-Nya. Semua nabi mendengar kalimat Allah dan menuliskannya di catatan dengan sungguh-sungguh. Namun ‘Isa bukan hanya mendengar Firman yang diilhamkan, namun diri-Nya sendiri adalah penjelmaan Firman Illahi itu. Di dalam Dia ada kuasa penuh Kalimatullah, dengan kuasa menciptakan, menyembuhkan, menghidupkan, mengampuni, menghibur, dan memperbaharui.

Nama Maryam disebut sebanyak 34 kali dalam Qur’an. Sebaliknya ibu Muhammad tidak pernah disebut sekalipun dalam Qur’an. Ketika Muhammad meminta pengampunan untuk ibunya setelah ibunya meninggal, Allah menghentikan dia, sehingga membuat dia menangis tersedu-sedu.

Maryam pribadi berhadapan muka dengan Jibril seperti kata Qur’an: " Hai Maryam, sesunggguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa kamu)." (Al Imran 3:42)

Kesucian dan Kebenaran

Dalam Qur'an dikatakan bahwa ‘Isa suci sejak saat kelahiran-Nya: " Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu anak laki-laki yang suci." (Maryam 19:19). Sarjana-sarjana muslim Al-Tabari, Al-Baidawi, dan Al-Zamakhshari sepakat bahwa ucapan Mahasuci diartikan tidak bersalah, tidak bernoda dan tidak berdosa. Sebelum ‘Isa lahir, ilham illahi menyatakan bahwa seorang yang akan lahir dari roh Allah akan tetap hidsup suci tanpa satupun dosa. Oleh karena itu tidak perlu mensucikan hati-Nya, karena Dia di dalam diri-Nya kudus.

Beberapa nabi termasuk Muhammad berbuat dosa khusus, kecuali ‘Isa yang manusia sempurna. " ... mohon ampunan dosamu dan bertasbillah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi." (Al Mu’min 40:55). Demikianlah Muhammad mohon ampunan dosa dari Allah. Ampunan dosa juga dimintakan Muhammad seperti disebutkan dalam Surah 47:19 dan Surah 48:1-2

 

Isa Menerima Wahyu Langsung dari Allah

Allah tidak pernah menyuruh Jibril kepada ‘Isa untuk mewahyukan sesuatu dan ‘Isa tidak pernah menerima ilham sebelumnya dari orang ketiga. Dia sendiri adalah kebenaran yang menjelma (Maryam 19:34). ‘Isa berbicara tanpa kesalahan, dalam situasi normal, bukan pada waktu trance atau kesurupan. ‘Isa bukan medium atau paranormal. Dia manusia normal. Jika seseorang ingin mempelajari kehendak Allah untuknya di bumi dengan sungguh-sungguh, dia harus meniru kehidupan ‘Isa.

Allah sendiri (tanpa melalui perantaraan Jibril) memberitahukan Alkitab, Taurat, dan Injil kepada ‘Isa: " Dan Allah mengajarka kepadanya Alkitab, Hikmat, Taurat, dan Injil." (Al Imran 3:48). ‘Isa mengetahui segala rahasia langit dan bumi karena Allah memberitahukan kepada-Nya semua yang dituliskan didalam kitab surgawi. Menurut Qur’an ‘Isa mengucapkan kata-kata penghiburan dan bimbingan kepada ibu-Nya segera setelah kelahiran-Nya, seperti seorang yang telah dewasa (Maryam 19:24-26. ‘Isa membicarakan firman Allah ketika dia masih bayi. Dia tidak butuh malaikat atau pengantara. Ilham ‘Isa ialah diri-Nya sendiri. Injil-Nya bukanlah sebuah hukum atau buku, melainkan wahyu tentang hidup dan pribadi-Nya. Tambahan lagi ‘Isa menganugerahkan kepada pengikut-pengikut-Nya kuasa Ruhulqudus untuk melakukan perintah-perintah-Nya. Murid ‘Isa tidak percaya akan sebuah kitab, atau sebuah agama semata-mata, juga mereka tidak hidup di bawah sebuah hukum Syariah. Pengikut ‘Isa mengimani suatu Pribadi yang hidup sampai pada hari ini. Pembuktian itu sederhana saja. Jika umat Islam menyebut kalimat syahadat, maka untuk menjadi pengikut ‘Isa.

Muhammad menyatakan bahwa dirinya menerima ilham dari malaikat Jibril. Disebutkan dalam banyak cerita bahwa jika ilham datang kepadanya, Muhammad menjadi setengah koma, dari keadaan normal menjadi hampir pingsan. Abu Huraira mengatakan bahwa Muhammad diserang oleh ketakutan pada waktu menerima ilham. Setiap kali dahinya berkeringat dingin dan tubuhnya dikatakan menjadi makin berat. Pewahyuan semacam itu mirip dengan keadaan trance yang dialami oleh para paranormal antara lain oleh Lia Aminuddin, paranormal Jakarta yang dihebohkan menerima wahyu Jibril.

Mujizat dan Tanda ‘Isa

Qur’an mengatakan bahwa ‘Isa menyembuhkan orang-orang buta tanpa proses pembedahan atau obat-obatan. Dia menyembuhkan mereka dengan kata-kata yang penuh kuasa. ‘Isa adalah berkat (Maryam 19:31, Al-Imran 3:49, Al-Maidah 5:110).

‘Isa membangkitkan orang mati berulangkali (Al-Imran 3:49, Al-Maidah 5:110). Penafsir-penafsir Islam mengatakan bahwa ‘Isa melakukan itu hanya karena karena kuasa Ruhulqudus (Roh Kudus), seperti bunyi ayat:

" Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagaian yang lain. Di antara mereka ada sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan kami berikan kepada ‘Isa putra Maryam beberapa mujizat serta kami perkuat Dia dengan Ruhulqudus" (Al Baqarah 2:253). Keterangan yang serupa ada dalam Al-Maidah 5:110.

Ayat-ayat di atas justru menjelaskan bahwa antara Allah, ‘Isa, dan Roh Kudus terjadi kerja sama yang khusus dan unik. Ketiganya bekerja sama dalam kesatuan untuk melakukan mujizat-mujizat. Secara tidak langsung Al-Qur’an menjelaskan adanya konsep Trinitas dari ayat-ayat ini. 

Pencipta dan Pemberi Kehidupan (Dengan Seizin Allah).

Kita membaca dalam Qur’an bahwa ‘Isa sewaktu masih anak-anak, membentuk tanah liat menyerupai seekor burung, kemudian menghembuskan nafas ke dalamnya, sehingga menjadi burung yang hidup, terbang di angkasa:

" Sesungguhnya Aku telah datang dengan membawa sesuatu tanda (mujizat) dari Tuhanmu, yaitu Aku membuat untuk kamu dari tanah sebagai bentuk burung dengan seijin Allah, dan Aku menyembuhkan orang yang buta dari sejak lahirnya dan orang yang berpenyakit kusta dan Aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah." (Al Imran 3:49)

 

Dari ayat ini ditunjukkan bahwa ‘Isa adalah pencipta yang sanggup. Manusia tidak akan dapat menciptakan sesuatu dari yang tidak ada, apalagi meniupkan kehidupan ke dalam sesuatu yang tidak hidup. ‘Isa memberi hidup oleh hembusan nafas-Nya, seperti Allah meniup ke dalam Adam dahulu. Ini berarti bahwa ‘Isa memiliki Roh pemberi hidup dalam diri-Nya, walaupun tetap dengan seizin Allah.

Memberi Makan

Dalam Al Maidah 112-115 diceritakan bahwa ‘Isa menurunkan hidangan dari langit dan memberi makan ribuan orang. Qur’an bersaksi bahwa ‘Isa menyediakan makanan yang dibawa-Nya turun dari sorga untuk memberi makan massa di padang pasir. Sarjana-sarjana muslim membahas ayat-ayat ini dan membicarakan segala sesuatunya tetapi lupa bahwa ‘Isa-lah pribadi yang memberi rejeki. Dia memiliki kuasa menciptakan makanan dan tidak mengucapkan kata-kata kosong.

 

Mengetahui Rahasia

Muhammad menunjuk kepada ‘Isa dan berkata bahwa hanya Dia yang mengetahui rahasia manusia dan menyingkap yang gaib. Siapakah yang tahu semua rahasia, kecuali Allah sendiri? Perhatikan ayat dimana Muhammad mengutip ‘Isa dalam Qur’an: "Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu mohon dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu jika kamu sungguh beriman". (Al-Imran 3:49).

Cerita lengkapnya begini : Setelah hijrah ke Medinah, Muhammad menggambarkan kesanggupan ‘Isa sebagai Yang Maha Tahu, untuk mencela serta mengingatkan pengikut-pengikutnya yang sombong. Dia tidak suka terhadap sebagian Muslim yang berasal dari Medinah karena mereka menyembunyikan makanan dan harta terhadap pendatang dari Mekkah. Maka dia memperingatkan mereka bahwa ‘Isa akan datang kembali sebagai Hakim pada Hari Penghakiman. Muhammad mengakui bahwa ‘Isa mengetahui semua yang mereka lakukan dengan bebas di dalm rumah-rumah mereka. Dia mengetahui bukan hanya apa yang mereka makan, tetapi juga mengetahui apa yang mereka sembunyikan. Tiada yang lolos dari penglihatan-Nya pada hari penghakiman. Tidak seorangpun dapat menyembunyikan sesuatu dari pada ‘Isa. Muhammad dalam ayat ini mengakui keilahian ‘Isa sebagai yang Mahatahu !

Mengenai dirinya, nabi Muhammad sendiri mengakui dalam bagian yang lain : " Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib." (Al An’aam 6:50)

Membuat Hukum

‘Isa memulai suatu revolusi hukum, karena Dia tidak tunduk kepada hukum Taurat. ‘Isa mempunyai kuasa dan hak untuk menyempurnakan dan menggenapinya. Di dalam Qur’an kita membaca bahwa ‘Isa mengijinkan pengikut-Nya untuk melakukan apa haram menurut hukum Taurat : " Dan (Aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelum-Ku dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untuk mu." (Al Imran 3:50). Berarti ‘Isa bisa menilai kesahihan Taurat Musa dan Para Nabi. Lebih lagi, dia bahkan membuat peraturan baru. Sungguh benar apa kata Al-Qur’an.

Menerangi Hati Dan Pikiran

Muhammad diperintahkan oleh malaikat untuk mencari petunjuk ahli-ahli kitab, agar dia dapat mengerti arti wahyu yang diberikan kepadanya: " Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu." (Surah 10:94)

‘Isa tidak perlu bertanya kepada guru-guru Taurat tentang hukum Musa. Dia tidak butuh rincian pesan hukum itu karena Dia sendiri adalah firman Allah dan pembuat hukum. Dia mempunyai hak agar Dia dipatuhi: " Takutlah akan Allah dan taatilah Aku." (Al Imran 3:50)

Qur’an melukiskan pengikut ‘Isa sebagai gambaran orang yang terbaik: " .... Kami iringi (pula) dengan ‘Isa putra Maryam dan Kami berikan kepada-Nya injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikuti-Nya rasa santun dan kasih sayang." (Al Madhid 57:27)

Demikian juga dalam Al Imran 3:52-53. Dalam Al Imran 3:55 dikatakan bahwa pengikut ‘Isa adalah orang yang di atas orang kafir hingga hari kiamat:

" Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu, dan mengangkat Kamu kepadaKu serta membersihkan kamu dan orang-orang kafir dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang kafir hingga hari kiamat: Kemudian hanya kepada Allah kembalimu." (Al Imran 3:55)

"... dan sesungguhnya kamu dapat yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya kami ini orang Nasrani, yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (Al Maidah 5:82)

Mujizat terbesar ‘Isa adalah kesanggupan-Nya untuk mengubah manusia dan menciptakan pembaharuan tanpa perang atau tipu daya. Muhammad mengakui bahwa pengikut ‘Isa adalah orang-orang yang sudah diubahkan sehingga tidak sombong.

‘Isa Wafat

Wafatnya ‘Isa dituliskan jelas di dalam Qur’an. Yang Mahakuasa berfirman langsung kepada ‘Isa: " Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan meyampaikan Kamu kepada akhir ajalMu dan megangkat Kamu kepadaKu." (Al Imran 3:55). Qur’an tidak menyangkal kematian ‘Isa: " Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadamu pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." (Surah Maryam 19:33)

‘Isa lahir, wafat dan bangkit dari kuburan. ‘Isa wafat dengan suka rela, di dalam damai sejahtera yang sempurna. Kita baca didalam Injil dan Qur’an bahwa ‘Isa mengetahui sebelumnya bagaimana Ia akan wafat. Dia bahkan menentukan hari dan jam wafat-Nya. Dia memberi contoh kebenaran hidup seorang manusia biasa yang mengenal Allahnya sampai pada nafas yang penghabisan.

Didalam biografi nabi Muhammmad yang ditulis Ibn Hisham, diceritakan bahwa Nabi Muhammad saw wafat setelah menderita demam tinggi. Sebelum wafat Muhammad memberitahukan bahwa dia diracun oleh seorang hamba perempuan Yahudi. Hamba itu mengoleskan racun kedalam makanannya. Seorang tamu yang makan bersama Muhammad mati. Beruntung Muhammad merasakan racun itu sehingga dia meludahkannya sebelum ditelan, namun tubuhnya telah menghisap sebagian dari racun itu. Muhammad wafat di pangkuan istrinya yang terakhir dan yang paling disayanginya yaitu ‘Aisyah. Ada cerita lain mengatakan bahwa hamba tersebut adalah salah seorang gundik Yahudinya yang sakit hati.

 

Hidup Setelah wafat

Di Qur’an dikatakan bahwa Allah mengangkat ‘Isa kepada-Nya : " Hai ‘Isa sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku." (Al Imran 3:55). Dan ini digenapi dalam: " .... Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya." (An-Nisaa 4:158).

Dalam Al Imran 3:45 dikatakan bahwa memang ‘Isa adalah yang terkemuka di akhirat. Terdapat perbedaan antara hidup dan mati, hidup jauh lebih besar dari pada mati.

Muhammad dikuburkan di Medinah sampai hari ini. Orang Muslim mengimani bahwa roh Muhammad ada ditempat antara bagi yang mati (alam Barzakh) menunggu Hari Penghakiman itu.  

Sejahtera

Dalam Surat Maryam 19:33, ‘Isa menyatakan: " Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." ‘Isa hidup di dunia dan akhirat dalam damai sejahtera bersama Allah. Kebangkitan. ‘Isa dari kematian adalah bukti dari kekudusannya. Karena ‘Isa tidak pernah berdosa maka kematian tidak bisa menguasai Dia. ‘Isa tidak terkena nasib sama seperti semua nabi yang pernah berbuat dosa, dengan kata lain ‘Isa memang tidak tinggal di alam kubur selama-lamanya.

Bukti kebenaran hidup seorang manusia sempurna ada dalam ‘Isa. Tidak ada seorangpun dalam sejarah seperti dia. Dia menanggung siksa dan derita dalam kematian yang paling kejam, sebagai seorang pemimpin spiritual seutuhnya. Dia tidak mengumpat atau membalas ataupun melakukan tipu daya. Seperti domba dibawa ketempat pembantaian, demikian kata Taurat dalam kitab Yesaya. Dia menunggu keadilan Allah semata, sambil menyaksikan bahwa kekerasan dan pemberontakan umat manusia akan menuju pada kehancuran umat manusia itu sendiri. Hanya jalan kasih dan kebenaran yang bisa menyelamatkan umat manusia.

Riwayat Muhammad penuh dengan peperangan. Muhammad mengalami tekanan berat di Mekkah. Tetapi setelah dia berkuasa, ia mengobarkan perang berdarah melawan musuh-musuhnya, dengan alasan untuk mempertahankan diri. Para pengikutnya memperluas agama Islam dengan kekerasan militer, dengan merebut wilayah-wilayah di sekitar Arab. Banyak sarjana muslim mencari dalih dan pembenaran, tetapi itulah yang terjadi. Tidak heran sebab didalam Qur’an dia memerintahkan lebih dari 16 kali agar mereka yang tidak percaya dan yang meninggalkan Islam harus dibunuh tanpa ampun (Al Baqarah 2:91; Al Nisaa 4:89; Al Anfaal 8:39; At Taubah 9:5; dsb). Tentara Muhammad melakukan perang lebih dari 30 kali, dan dia sendiri ikut sebanyak 29 kali. Muhammad seorang pemimpin politik dan militer yang lihai dan menjadi contoh sampai hari ini bagi para pengikutnya.

Tanda Allah

‘Isa adalah tanda Allah (Ayatollah): " Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia." (Maryam 19:21). ‘Isa tidak menerima tanda khusus ini dari manusia tetapi langsung dari Allah. Tingkat tertinggi dalam muslim aliran Syi’ah adalah gelar Ayatollah yang berarti ‘Tanda Allah’. Khomeini dari Iran tidak hanya disebut Ayatollah tetapi juga disebut ‘Ruhullah’ (Roh Allah). ‘Isa tidak diberi gelar oleh manusia tetapi dari Allah, selama lebih dari 1990 tahun tanpa henti. Orang Iran selalu berganti Ayatollah setiap beberapa puluh tahun. Walaupun gelarnya sama, bisakah ‘Isa dan Khomeini disamakan? Bisakah Khomeini yang mengobarkan revolusi berdarah disamakan dengan ‘Isa? Tetapi mengapa orang lebih memilih lebih mengikuti manusia biasa seperti Khomeini ? Sarjana-sarjana aliran Ahlu-sunnah wal Jamaah (Sunni) atau Asy’ariah merasa sakit hati karena pengikut Khomeini memberikan gelar yang jauh di atas nabi Muhammad sendiri. Pakar Muslim Sunni berkumpul di Maroko dan Raja Hasan II dari Maroko mengumumkan bahwa hanya ada satu orang dalam Qur’an yang berhak dipanggil Ruhullah: ‘Isa putra Maryam. Benar menurut Sunni dan Al-Qur’an, bahwa ‘Isa adalah tanda Allah, Ayatollah yang sempurna bagi umat manusia.

Kalimat Allah

Allah menyebut ‘Isa: " ... Suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami." (Maryam 19:21). Muhammad juga disebut sebagai suatu rahmat: " Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) Rahmat bagi semesta alam." (Al Anbiyaa 21:107)

Ilham Muhammad dapat ditemukan dalam Qur’an, Hadits, dan dalam praktek perbuatannya setiap hari (al-Sunna) semuanya disusun menjadi hukum Islam (Sharia). Hukum ini mengatur seluruh segi hidup seorang muslim mulai dari ibadah, membersihkan diri, pajak, warisan, haji, sunat, penguburan, perdagangan, aturan tingkah laku, peran, hukuman, dan berbagai macam kegiatan hidup yang lain. Semuanya dianggap paket sempurna karena mencakup semua aspek kehidupan.

Masalahnya, hukum itu terus menerus dilanggar oleh umat muslim sendiri, perintah shalat lima waktu jarang dilakukan sempurna, apalagi mengenai pajak dan haji. Manusia Indonesia tidak terhitung melakukan kecurangan, korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kapan saja ada celah, manusia berusaha melanggarnya. Orang Arab sendiri melakukan banyak kemesuman pada musim liburan di luar negeri. Belum lagi apa kesaksian para TKW Indonesia yang mengalami sendiri hidup di balik benteng rumah-rumah Arab. Lebih parah lagi, penerapan hukum Islam di banyak negara mengalami banyak kegagalan. Terlalu banyak modifikasi yang dilakukan, dan terlalu banyak kompromi. Setelah gagal menerapkan konsep Asy’ariah ortodoks di Indonesia, para sarjana muslim berniat untuk kembali menerapkan pandangan Mu’tazilah (mengutamakan akal budi), diantaranya dengan salah satu prinsip yang sering kita dengar ’amar ma’ruf nahi munkar’. Berarti Islam Indonesia membuka diri terhadap berbagai pandangan luar, termasuk yang tidak sesuai Sharia ortodoks. Memang suatu kemajuan.

Tujuan akhir hukum adalah mengadili setiap orang berdosa karena kegagalan mereka. Dengan cara ini maka tujuan semua orang ialah neraka. Sebab kalau ke sorga, maka Allah akan sewenang-wenang memasukkan koruptor dan penjarah ke sorga. Dan kalau Allah mengampuni mereka, berarti hukum Allah tidak bisa dipercaya. Benar kata Injil: " Tidak ada seorangpun yang dibenarkan karena mengikuti Taurat (hukum)."

Umat muslim berpendapat bahawa perbuatan yang baik menghapuskan dosa perbuatan yang buruk, demikian isi Surah Huud 11:114. Tetapi menurut Islam seorang muslim tidak menyakini pengampunan dosanya sampai hari penghakiman. Kata-kata terakhir dari Muhammad sebelum wafat adalah permohonan ampun. Khomeini dalam kata terakhirnya mengatakan bahwa hidup itu keras. Setiap muslim akan menerima upahnya pada hari penghakiman. Hukum itu akhirnya pasti akan mendera pengikut-pengikutnya. Muhammad mengakui bahwa seluruh pengikutnya pasti akan masuk neraka:

" ... sesungguhnya akan kami bangkitkan mereka bersama syaitan, kemudian akan kami datangkan mereka ke sekeliling Jahanam mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan." (Maryam 19:68-71)

" ... dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusannya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya." (Huud 11:119)

Seandainya saja Yesus hidup di bumi sekarang ini, tentulah Dia akan diterima oleh umat muslim, karena Dia menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia, Utusan Bapa, Hamba, Pelayan. Setelah melihat hidup-Nya yang demikian taat sampai mati pada kehendak Bapa-Nya, tentulah mereka akan menyebut Yesus sebagai muslim yang paling sejati. Dan pada taraf inilah mereka akan sadar bahwa manusia Yesus itu sebenarnya berasal dari Bapa. Dia ilahi.

Tidak akan ada lagi debat berkepanjangan tentang Ketuhanan Yesus, Anak Allah, Trinitas, dan berbagai hal yang lain. Terlepas dari salah atau benarnya pendapat, pengalaman menunjukkan bahwa debat semacam itu akhirnya akan menyebabkan kedua belah pihak masuk dalam jalan buntu. Tidak jarang orang Kristen sendiri akan kebingungan, demikian pula orang Islam. Jika ada sesuatu yang belum jelas diwahyukan, tidak perlu manusia bersilat lidah tentang hal tersebut.

Kesimpulan

Berbagai kesimpulan yang bisa ditarik dari pembahasan di atas adalah :

Istilah ‘Isa adalah istilah Al-Qur’an untuk menyebut Yesus dari Nazaret, putera Maryam itu. Al-Qur’an, nabi Muhammad, dan umat Islam menaruh penghormatan yang dalam terhadap ‘Isa.

Penjelasan Al-Qur’an mengenai ‘Isa umumnya paralel dengan penjelasan Injil. Dia lahir oleh Ruhulqudus, membuat banyak mujizat, mengajarkan cinta kasih, tidak pernah berdosa, wafat, bangkit kembali, diangkat ke Allah, dan akan kembali lagi sebagai Hakim. Duia yang terutama di bumi dan akhirat.

‘Isa adalah satu-satunya teladan manusia yang benar. Dia adalah kebenaran. Uraian Al-Qur’an paralel dengan Injil. Oleh sebab itu pelayanan lintas budaya kepada umat Islam harus mengutamakan pembahasan mengenai ‘Isa. ‘Isa harus menjadi pintu atau jembatan utama penyampaian berita keselamatan.