Islam dan Urantia Book

Beberapa pertanyaan

From: Mr.Veto <veto@bdg.centrin.net.id> To: <nugi@centrin.net.id> Sent: Sunday, March 25, 2001 5:10 AM

 PERTANYAAN :

1.. Apa Urgensinya Sang Pencipta menciptakan Alam Semesta, Creator Son dan Manusia dan lain-lainnya ( Jin/setan,binatang,tumbuh-tumbuhan, bakteri, dsb ) ?

Supaya tidak bingung, bolehkah saya ceritakan terlebih dahulu apa yang saya ketahui tentang bagaimana konsep Allah, "terjadinya" Allah, dan bagaimana alama semesta menjadi seperti ini, menurut UB. Pada mulanya ... Saya kutipkan "riwayat" terjadinya Trinitas (dari Foreword ) dalam lampiran. Jadi kira-kira "terjadinya" Allah itu seperti berikut: - sebetulnya waktu tidak relevan, karena Allah ada dalam kekekalan, tidak ada awal dan akhirnya. penjelasan berikut ini hanya untuk memudahkan pemahaman manusia yang terikat pada ruang dan waktu. - yang pertama adalah dalil tentang AKU ADA (I AM), Allah yang tidak ada kualifikasi dan batasannya. Dia itu tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata apapun. Dia segalanya, aktual dan potensial, dulu dan nanti, roh dan bukan. Tidak ada kualifikasi (The Infinitude). Jika Allah selamanya dalam level ini, maka tidak akan ada alam semesta seperti yang kita kenal hari ini. - (Sekali lagi berikut ini adalah terjadi sekaligus, tanpa ada urutan waktunya). Allah "melepaskan diri" dari "belenggu" ketanpa-batasan di atas, dengan sekaligus mewujud menjadi Bapa, Putera, Roh dan Sorga. Bapa adalah yang pertama dan utama, pusat segala kepribadian. Bapa "menjadikan" dua kutub sekaligus : Putera (pusat alam roh, spiritual) dan Firdaus (pusat segala alam bukan-roh, material). Kemudian, untuk menjembatani keduanya, "lahirlah" Roh Tanpa-batas (pusat alam pikiran, mind). Melalui pikiran, roh bisa mengendalikan materi. Melalui pikiran, kita yang jasmani ini bisa mengerti hal-hal yang rohani. Itulah fundamen alam semesta. Jika satu diantaranya tidak ada, maka alam semesta luas ini tidak akan ada. Itu adalah prinsip survival Allah. Sebab jika kurang salah satunya, maka Allah akan terserap kembali dalam kondisi tanpa-batas tanpa kualifikasi pada poin di atas. Bapa, Putera dan Roh adalah KEPRIBADIAN (PERSONALITY), sumber dari semua pribadi makhluk termasuk kita, jin, malaikat, Creator Son, dll dsb. Mengenai apa itu kepribadian ada diskusi menarik yang akan saya bahas lain kali. Kita merasakan dan mengalami kepribadian.

Mengapa tiga, bukan empat? Sebab hanya tiga di atas yang dapat dipertuhan (deified). Kita tidak bisa menyembah materi seperti Firdaus, bukan. Sebab tiga itulah yang bisa berkomunikasi person to person dengan makhluk. Sebab tiga (plus Firdaus dan alam semesta pusat) itulah fundamen dasar alam semesta.

Jadi sekarang, Allah itu Esa. Tergantung dari kita memandangnya, apapun, tetap Allah itu Esa. Baik pada level AKU ADA infinitude, Allah itu Esa. Pada level Trinitas, Dia tetap Esa sebagai kesatuan yang padu tak dapat dipisahkan. Dalam level lebih rendah dalam alam ruang dan waktu, Dia tetap Esa, sebab segala sesuatu ada dan hidup dalam Dia.

UB menceritakan riwayat evolusi manusia dari bentuk kehidupan pertama yang ditanam di bumi oleh para Life Carriers (paper 58). Kemudian cerita evolusi sampai manusia pertama (paper 63). Munculnya ras warna (paper 64), cara pengendalian evolusi, mengapa harus ada tumbuhan dan binatang, dan mengapa ada spesies aneh-aneh (p. 65), pemerintahan planet (p.66), kemudian riwayat pemberontakan bumi (p. 67), Anda bisa membaca riwayat terjadinya Jin (midwayers) dalam Paper 77. dan seterusnya...

Semua yang ada dalam alam semesta ini memang dirancang demikian oleh Allah dalam kemaha-tahuan-Nya. Allah mengendalikan alam semesta dengan manajemen yang rapih dan sangat terkontrol.

Berbahagialah Anda yang menyembah Allah yang hidup itu.

PERTANYAAN 2.. Saya melihat bahwa UB menitik beratkan Hub. Antara Mahkluk dan khalik tetapi tidak menjelaskan caranya.?

JAWAB : Makhluk dan pencipta berhubungan melalui sirkuit (jaringan) roh dan pikiran. Manusia berdoa, maka doa itu akan segera menyambung dalam sirkuit roh. Ada beberapa sirkuit roh ada dalam alam semesta, terutama yang berhubungan dengan manusia : - Sirkuit kepribadian (personality) berpusat di Allah Bapa, dimana ada berpusat para "Roh Pilot" yang ada dalam diri kita masing-masing. - Sirkuit roh (spirit) berpusat di Putera Kekal, pribadi kedua Trinitas. - Sirkuit pikiran (mind) berpusat di Roh Tanpa-Batas, pribadi ketiga Trinitas. - Sirkuit-sirkuit alam semesta super yang berpusat di ibukota superuniverse, di Uversa, persis di pusat galaksi Bimasakti. - Sirkuit pikiran-roh dari Roh Kudus, pasangan Mikail dalam penciptaan dan pengelolaan alam semesta, yang mengatur seluruh sistem inteligensi tumbuhan dan binatang (manusia dan pra-manusia). - Sirkuit Roh Kebenaran atau Roh Yesus, yang berpusat di ibukota alam semesta kita, Nebadon . - Sirkuit para malaikat-utama (archangels, yang bertugas mengurusi kematian dan kebangkitan manusia). - dan sirkuit-sirkuit lain yang digunakan para malaikat (serafim). - Ada lagi jalur komunikasi antarplanet yang bisa digunakan untuk komunikasi sampai ke superuniverse dan sampai ke Havona dan Firdaus, sampai ke Allah. Sampai hari ini, kita sedang diisolasi dari saluran itu, karena bumi ikut dalam pemberontakan Lucifer. Kita akan bisa berkomunikasi dengan planet di tata surya lain jika saluran itu dipulihkan, setelah kasus Lucifer diselesaikan tuntas, dan Iblis diadili dan dijatuhi hukuman. UB mengatakan bahwa kita nanti akan bisa membaca berita tentang bintang-bintang lain, seperti halnya hari ini kita membaca suratkabar kita dan membaca berita tentang negara-negara lain. Tentunya digunakan berbagai peralatan mekanis dan elektronis.

Jadi sesungguhnya, lihat poin pertama di atas, Allah sudah memberikan kepada kita masing-masing Roh-Nya, yang langsung diam didalam kita, berkomunikasi direct, tanpa perantara, tanpa penundaan, tanpa kanal atau saluran komunikasi apapun, tanpa sirkuit komunikasi. Itulah kehebatan Allah dalam berkomunikasi dengan manusia: direct, ikut bersama-sama mengalami dan merasakan hidup di bumi, tahu segala-galanya tentang kita.

Itulah sebabnya Yesus mengajarkan agar jika berdoa atau beribadah, lakukan itu dengan rahasia, bukan untuk mencari muka di depan orang lain, tetapi sesungguhnya Allah yang didalam itu tahu segala-galanya. Cara satu-satunya yang dianjurkan di UB adalah melalui DOA. Saya lampirkan beberapa poin bagaimana agar doa kita efektif dari UB.

>> PERTANYAAN 3.. Saya melihat UB menjadikan manusia untuk kelinci percobaan dimana yang unggul akan dipisahkan dari yang tidak unggul.atau ada istilah daur ulang seperti pada ajaran Budha ?

JAWAB : Manusia bukan kelinci percobaan. Saya akan mencoba menguraikan isi beberapa paper yang sangat sulit dalam paper 115-118 yang berbicara tentang Supreme Being (Yang Mahatinggi), God The Supreme, Supreme and Ultimate dll., sesuai apa yang bisa saya pahami. Realitas alam semesta besar ini dibagi dua bagian besar : 1) yang eksistensial (ada dari dahulu dan selamanya, tidak berubah, tidak berevolusi) yaitu alam semesta pusat dimana Allah ada di sana. 2) Allah yang eksistensial itu kemudian memulai alam eksperiensial (ada ruang dan waktu), tempat kita ada sekarang, yang belum selesai, karena sampai sekarang masih diciptakan nebula-nebula baru cikal bakal bintang dan planet. Alam eksperiensial ini dimulai dengan penciptaan ledakan nebula-nebula, penciptaan galaksi-galaksi, dan berevolusi sampai menghasilkan planet-planet yang ada penduduknya. Di sini, para Creator Son dan Mother Spirit adalah pasangan yang mengorganisir alam-alam semesta. Betapa hebatnya Allah, karena sampai saat ini tercatat lebih dari 700 ribu alam semesta yang masing-masing bisa memiliki hingga 10 juta planet berpenduduk (astronomi modern menemukan bahwa memang langit itu sangat-sangat-sangat luas hampir tak terhingga). Alam ruang dan waktu ini pada akhirnya akan selesai, dan akan melahirkan suatu sintesis global pengalaman, yang akan mewujud dalam diri Yang Mahatinggi (Supreme Being) yang akan mengintegrasikan segenap kuasa dan kepribadian alam eksperiensial. Ini adalah perwujudan Allah atas ruang dan waktu.

Manusia ada dalam alam eksperiensial ini. UB mengatakan bahwa setiap manusia adalah unik, karena masing-masing kita mengambil bagian dalam selesainya evolusi Yang Mahatinggi. Kita ada dalam satu nasib dengan Yang Mahatinggi!!! Mungkin kita diibaratkan sebagai satu faset (mata) dari intan bersisi amat banyak yang bernama Tuhan Yang Mahatinggi. Tida ada satupun faset yang sama. Semua beda, semua mengemban satu misi yang unik untuk penggenapan alam semesta. Tetapi itu semua ditentukan oleh kita sendiri, mau atau tidak mengikuti kehendak Tuhan, atau sebaliknya semau gue mengikuti kehendak sendiri aau kehendak Iblis. Kita akan hidup hanya satu kali. Setelah itu akan dihakimi. Jika gagal dalam ujian saringan kematian itu, apa yang harus diperbuat lagi? Jiwa orang itu akan dimusnahkan dan peran yang seharusnya untuk dia akan digantikan oleh orang lain entah dimana dan kapan. Jadi bukan reinkarnasi menjadi binatang. Jika kita sukses, kita akan menyatu dengan Yang Didalam dan karir kita akan selama-lamanya menjadi bagian dari Yang Mahatinggi. Jika kita gagal, pengalaman kita akan diserap oleh Yang Mahatinggi, tetapi kepribadian kita akan dimusnahkan atau dipersonalisasi ulang, bagaimana prosesnya saya tidak tahu.

Manusia memiliki takdir yang amat mulia.

>> PERTANYAAN 4. . Saya melihat UB tetap merupakan Politeism yang terselubung karena belum bisa membedakan ESA yang Absolut .?

JAWAB : Saya sudah jawab sebagian tentang yang ESA. Mengenai yang absolut, itu lain lagi. Realitas alam semesta dibagi tiga bagian utama : finit, transenden, dan absolut. Kita ada dalam level finit. Sebagian makhluk ada dalam level transenden atau ultimat, karena mereka mengatasi ruang dan waktu. Allah adalah absolut.

>> PERTANYAAN 5.. Saya melihat UB menitik beratkan pada hal yang supranatural dibanding dengan realitas hidup.? ( Islam mempunyai keseimbangan untuk hal ini )

JAWAB : Keseimbangan? UB memuat 196 paper. Sepertiga isi buku ini (sekitar 75 paper) memuat riwayat hidup praktis Yesus, yang bisa kita contoh dan kita terapkan dalam hidup kita sehari-hari tanpa memandang agama. Sekitar 40 paper pertama memuat hal-hal supranatural (sebagian besar tentang Allah dan administrasi alam atas), ditambah sekitar 10 paper mengenai berbagai hal supranatural yang lain, termasuk Roh Pilot (Thought Adjuster). Sekitar 10 paper membahas hal-hal filsafat, termasuk filsafat agama secara mendalam. Sekitar 43 paper mambahas sejarah bumi secara detail dan perkembangan sistem sosial, perkawinan, pemerintahan politik, hukum, evolusi ras-ras bumi, dan asalmula serta perkembangan semua agama yang pernah ada (Hindu, Buddha, dll, dsb). Sisanya membahas

Praktis hanya sekitar 50 paper (25%) membahas Allah dan hal-hal supranatural. Sekitar 50 paper membahas sejarah. Sekitar 75 paper tentang riwayat hidup (sejarah) Yesus. Sekitar

Bagaimana UB membedakan Baik dan Tidak Baik / Salah dan Benar / Boleh dan Tidak Boleh ? Moralitas dalam UB adalah topik yang menarik, dan para penulisnya mengatakan bahwa itu adalah tanggung-jawab MANUSIA. UB memberikan sejarah dan pedoman, serta contoh-contohnya, tetapi pembaca UB disarankan untuk menyusun suatu moralitas baru yang lebih unggul dari yang pernah ada. Moralitas itu berkembang sesuai evolusi manusia. Namun moralitas harus diilhami oleh yang spiritual. Prakteknya, moralitas itu selalu berubah dan sesuai sejarah serta kondisi lokal. Dalam masyarakat India Hindu dilarang makan sapi, tetapi kita makan itu setiap saat tanpa salah apa-apa. Sebaliknya babi diharamkan di Islam. Mengenai pembahasan itu saya pernah mengupasnya di website Urantia Indonesia. Mohon ditunggu, saya berjanji akan mengupas tentang moralitas. UB menganjurkan pembacanya menyusun moralitas yang tertinggi, etika yang ideal, yang berlandaskan akan spiritual. Saya lampirkan satu pasal dalam UB tentang Religion and Morality.

PAPER 101. Pasal 9. RELIGION AND MORALITY

[101:9.1] No professed revelation of religion could be regarded as authentic if it failed to recognize the duty demands of ethical obligation which had been created and fostered by preceding evolutionary religion. Revelation unfailingly enlarges the ethical horizon of evolved religion while it simultaneously and unfailingly expands the moral obligations of all prior revelations. [101:9.2] When you presume to sit in critical judgment on the primitive religion of man (or on the religion of primitive man), you should remember to judge such savages and to evaluate their religious experience in accordance with their enlightenment and status of conscience. Do not make the mistake of judging another's religion by your own standards of knowledge and truth. [101:9.3] True religion is that sublime and profound conviction within the soul which compellingly admonishes man that it would be wrong for him not to believe in those morontial realities which constitute his highest ethical and moral concepts, his highest interpretation of life's greatest values and the universe's deepest realities. And such a religion is simply the experience of yielding intellectual loyalty to the highest dictates of spiritual consciousness. [101:9.4] The search for beauty is a part of religion only in so far as it is ethical and to the extent that it enriches the concept of the moral. Art is only religious when it becomes diffused with purpose which has been derived from high spiritual motivation. [101:9.5] The enlightened spiritual consciousness of civilized man is not concerned so much with some specific intellectual belief or with any one particular mode of living as with discovering the truth of living, the good and right technique of reacting to the ever-recurring situations of mortal existence. Moral consciousness is just a name applied to the human recognition and awareness of those ethical and emerging morontial values which duty demands that man shall abide by in the day-by-day control and guidance of conduct.

[101:9.6] Though recognizing that religion is imperfect, there are at least two practical manifestations of its nature and function:

[101:9.7] 1. The spiritual urge and philosophic pressure of religion tend to cause man to project his estimation of moral values directly outward into the affairs of his fellows -- the ethical reaction of religion. [101:9.8] 2. Religion creates for the human mind a spiritualized consciousness of divine reality based on, and by faith derived from, antecedent concepts of moral values and co-ordinated with superimposed concepts of spiritual values. Religion thereby becomes a censor of mortal affairs, a form of glorified moral trust and confidence in reality, the enhanced realities of time and the more enduring realities of eternity.

[101:9.9] Faith becomes the connection between moral consciousness and the spiritual concept of enduring reality. Religion becomes the avenue of man's escape from the material limitations of the temporal and natural world to the supernal realities of the eternal and spiritual world by and through the technique of salvation, the progressive morontia transformation.